Selamat Tinggal, Selamat Datang
Seperti bandul raksasa
Menggelantung di kaki
Sehingga langkah tersaruk
dalam perih yang tersirat
Ingin kuungkapkan, tapi
nanti kau bilang aku cengeng
Sedang, aku tak malu bila mau menangis
Tapi baiklah
Mungkin air mata terlalu murah
untuk menceritakan sebuah garis
yang kugores dalam permukaan daun talas
Agar sengkarut bulir air
Menemukan tempat untuk berarti
Atau maukah kau bantu aku
Menorehkan luka di permukaannya
Luka yang tak membikin perih
Maka, di sini
kuseret diri melangkah
Dengan menengadah ke langit
Bahwa pertandaNya sudah tiba
Inilah saatnya
Inilah waktunya
Dengan gumam dalam bisik
meyakinkan hati
Sayangku
Sayangku.. Lipurlah laramu. Demi cinta yg debarnya kupertahankan di gantungan langit.Ke langit, aku terhujam. Untuk kau nikmati meski kabut menghantam. Aku tetap di sana
Biarkan cinta terawat. Bintang yg tumbuh menjadi kerlap. Indahnya tiada terlewat
Maafkan, jika meragu kau. Dengan hasrat yang terendap kala. Pun hasrat ini tak pernah berganti tempat dengan kehampaan.
Maka biarkanlah kutitian waktu, sampai nanti tiba kugumuli nafasmu dengan waktu yg diam.
Tunggulah, di beranda malam. Sampai tiba nanti beradu siang yg hangat dan tubuh yg panas.
Sudah selesai
Tetelestai satu perjalanan
Bermulalah yang lain
Pada mulanya adalah percaya
Maka terpisahlah yang samar dan kabut
dengan terang benderang
Selamat tinggal
Selamat datang
Maafkanlah
Kau memintaku merangkul ingatan,Meski ia terasa di sekujur badan
Tapi luka hati terpukul kala
Karena kita tak lagi serupa
Maafkanlah..
Enyahkanlah aku dengan cinta
yang wujudnya takkan nyata
Meski kuakui, tergugu
Terhenyak aku dihimpit hasrat
Angin dari lereng Singgalang
masih punya cerita lama
Di naungan pepohonan rimbun
lalu tergerus deras sungai Sianok
jejak yang kita tinggalkan
Masih, semua masih tersimpan sayang
Di sudut terbaik.
Tapi mungkin tak bisa diuras
Karena kita melangkah
Di jalan yang berbeda.
Maafkanlah
Jejak-Jejak
Sebuah ruang di hatiSeperti sebuah pantai dengan pasir bernas
Di rupanya ada jejak-jejak
Lama terbiar..
Sebelum terkuak ia dari belukar maya
Atau ketika tiba-tiba engkau nyata
Di antara baris-baris kata
Bahkan nada-nada suara
Ruang itu seperti semarak
Jejak-jejak itu bergolak
Kunafi, tapi tiada sanggup
Kupilih bertahan saja
Wahai,
Bagaimana harus kuperlakukan
Jejak-jejak itu?
Tak mungkin kuhapus
Karena ia tertanam dalam
Tak mungkin kuhempas
Karena akan terluka
Berikan saja aku kesepian yang lamat
Semburat hari yang membuat
Aku menyadari
Bahwa perjalanan tak boleh berhenti
Tapi izinkan aku
Menikmati jejak-jejak
Setakat
Sejenak
Seperti semestinya tak sempat
Sungguh, wahai
Aku tak mau menafi belukar nyata
Yang menjadi tiang
Kita hari-hari ini
Kau
Tiba-tiba kau terbitDari balik belukar maya
Ketika aku sudah berhenti
Mencari
Terlambatlah ia bila kau
Mencari bentuk warsa lalu
Karena aku tak lagi sama
Tapi, aku yakin
Kau juga sudah berbeda.
Maka, tersedialah jalan
Tempat kita melangkah
Menelusuri bumi maya
Barangkali suatu kala
Kita bisa berjumpa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar